KENCAN, HUJAN DAN BERBAGI PERASAAN PART 2




Selamat malam, maap bukan untukmu. Tapi untuk dia, yang sedang aku cinta. Malam ini akan kulanjutkan ceritaku yang berjudul “kencan,hujan dan berbagi perasaan”. Ditemani secangkir kopi sembari diiringi lagu perfect dari ed sheeran aku mulai meragkai kata demi kata. Semoga itu bisa membuatmu suka, tapi jika tidak suka. Tidak masalah bagiku, yang penting dia tetap sayang kepadaku.
“yuk jalan lagi” ucapmu sembari menarik tanganku. yang sebenarnya tak rela jika harus pergi, padahal suasana seperti ini yang aku inginkan dalam hati. aku langsung menaiki sepeda motorku, yang disusul dengan dirinya.
“duhh kok berat yah…banku kempes nih kayanya hehehe” aku menyindir dia yang berat badannya naik
“bodo amat” dia langsung memasang wajah andalannya yaitu bibir bawahnya dimajukan, manyun yang menggemaskan
“aku suka kata bodoamatmu, sebab dengan begitu kau terlihat manis” aku mencoba menenangkan dirinya
“bodoamat..bodoamat…bodoamat…bodoamat….bodoamat” mungkin aslinya lebih dari sepuluh dia mengucap kata ini
“duhh sebentar lagi aku diabetes deh hehehe” jawabku sembari senyum kepadanya
Dia merespon dengan memukul bahu, menarik jaketku dan mengacak – acak rambutku.
Aku tertawa, dia juga. Kalo kamu mau ikut tertawa juga silahkan.
Aku mulai menjalankan sepeda motorku, yang sedari tadi berhenti karna hujan. Udara dingin mulai memasuki tubuhku melalu sela-sela jaketku, angin menerpa wajahku seperti mengetes keberanianku di depannya. Kalau sedang memboncengi dia begini aku jadi teringat, tentang momen bersamanya, kala dia pertama kali mengajariku bahasa sunda. Maklum dia orang sunda asli bukannya seperti diriku yang sunda kawe. Orang sunda tapi gak bisa bahasa sunda, sebab aku besar di Jakarta dan hanya sesekali ke kampungnya.
“eehh ajarin aku bahasa sunda dong!” perintahku kepadanya
“boleh, mau diajari bahasa sunda apa?” dengan mukanya agak di dekatkan ke bahuku
“ kalo bahasa sundanya aku sayang kamu apa?”
“abdi bogoh ka anjeun” jawabnya dengan polos
“abdi bogoh ka anjeun juga”
“iiihh dasar modus” dia menepuk bahuku “lagian bukan itu kali balasannya” seraya tegas mengatakannya
“terus apa dong?” jawabku sembari menggaruk – garuk kepala
“abdi bogoh ka anjeun oge abay” jawabnya dengan mulutnya agak dikeraskan supaya aku kedengeran lalu mengingatnya
“yah masa kamu yang nanya, kamu yang jawab juga” balasku
“Hahahaa” kita tertawa bersama, hari itu sungguh tak akan ku lupa.
Aku rasa semesta sedang iri dengan dua mahluk tuhan yang berbahagia diatas sepeda motornya. Aku paling suka obrolan-obrolan singkat diatas sepeda motor; bercerita tentang pemandangan, perasaan hingga masa depan. Tetapi yang paling aku suka dari obrolan ini, saat dagunya yang menempel di bahuku ketika sedang ingin mendengarkan aku bicara. Mungkin tujuannya agar suaraku kedengeran supaya kita tetap nyaman berbincang, akan tetapi bagiku itu sebuah kenyamanan, yang kadang berujung khayalan pelaminan. Yah kamu tidak pernah merasakan sih bagimana rasanya ketika dagunya menempel dibahuku, disitu tingkat baper meningkat tajam. Mungkin kalian para cewe tidak mengerti soal ini, tapi untuk para cowo maap aku membocorkan rahasia kaum kita.
Aku melanjutkan perjalanannya, dengan agak sedikit kencang membawa motorku, sebab hari sudah malam dan aku tak mau mengantarkannya pulang terlarut malam. Kita membela jalan, menyelinap diantara padatnya kendaraaan. Belok ke kanan, akhirnya sampai ke gerbang kosan.
Dia turun dari motorku, melepaskan pegangannya yang sedari tadi memegang pinggangku dengan sangat erat. Yah itulah tujuan mengapa aku mengencangkan laju sepeda motorku, maap jika sekarang aku kembali memberi tahu tentang modus kaumku.
“Yaudah hati hati yah, jangan ngebut! “ ucapnya sembari mencubit lenganku secara pelan
“Gak mau cium pipi dulu?” aku bertanya balik sembari menyodorkan pipi ke wajahnya
Dia membalasanya hanya dengan mengepalkan tangannya seraya ingin menonjok sembari memanyunkan bibir
Sumpah jika kau ada disini, melihat muka dia begini. Aku jamin kau dan aku bakalan bersaing untuk mendapatkannya. Dia sangat imut, sangat ngegemesin dan sangat cantik malam ini.
“yaudah aku pulang yah” sembari mencubit pipinya, memang ini kebiasanku setelah ingin melepasnya berpisah
“yaudah hati-hati yah” suara lembut yang berselimut kekhawatiran bentuk suatu perhatiannya
“assalamualaikum..” aku pamit
“Walaikumsalam..jangan ngebut-ngebut yah” ia membalasnya
Aku mulai menjalankan sepeda motorku, sesekali aku menengok ke arah spion. meninggalkan dia yang masih tetap diam di depan gerbang kosan. mungkin ingin memastikan diriku terlebih dahulu. Aku suka rasa pedulinya terhadapku walaupun menurutmu itu sederhana. Silahkan itu hakmu. mungkin kau memilik selera romance yang terlalu tinggi.  tetapi aku sedih, aku galau lalu tak ingin pergi. Ingin rasanya disini terus bersamanya; meihat cemberutnya, mencubit pipinya dan memegang tangannya hingga kiamat tiba. Baru beberapa jarak aku meninggalkan kosannya, rindu ini sudah mulai muncul. Rasa ingin bertemu denganmu kembali tumbuh. Maap jika kau merasa keberatan, soal rinduku memang tak kenal sopan. Sebab kau tak pernah merasakan menjadi seseorang yang sedang di mabuk perasaan.

Sudah sampai disini saja ceritaku tentangnya sembari diiringi kopiku yang tinggal ampas di dasar cangkir. aku pasti akan menulis kembali tentangnya di blogku, jika kau merasa keberatan. Tak apa apa, nanti juga kau merasakan sepertiku kala dirimu jatuh cinta. Sudah aahhh aku ngantuk, aku ingin tidur bersama rindu ini. 

Komentar

Postingan Populer