Ruangan itu pernah menjadi saksi, atas turunnya bidadari ke dasar bumi.

kali ini aku tak mau menulis tentang patah hati atau mengutuk sumpah serapah untuk masa lalu yang telah pergi. Jadi untukmu masa laluku, sudah jangan terlalu percaya diri kalau aku masih memikirkan tentangmu lagi.

Aku hanya ingin bercerita tentang pertemuanku dengan gadis berparas ayu dengan semua auratnya ditutupi dengan sehelai kain.

Atas nama hati yang dengan mudanya jatuh cinta sejak pertama mata kita bertemu di aula kampus pagi itu. Dengan kemeja kotak - kotak berhias hijab yang menutupi seluruh rambutmu, kau duduk didepanku. Dengan anggun beserta santun aku terpikat padamu, hati berteriak kencang seakan ingin menyambut calon pengisi hati yang baru.

Bibirku ingin segera menyapa, bertanya tentang siapa namamu wahai kaum hawa. Jari - jemariku ingin segera berjabat tangan untuk menandai silaturahmi pertama ini, otak ingin menegaskan bahwa masa lalu sudah kulupakan dan hati yang langsung tergoda paras dengan paket special senyum manis tatap sayu. Namun aku resah, aku takut bahwa kau sudah dimiliki seseorang atau hatimu masih terisi masa lalu yang masih kau kenang.

Hati yang mudah menaruh rasa ini oleh parasmu telah berdetak dengan berjuta keriangan yang kau titipkan lewat aroma parfummu, menyatu sempurna dengan degub jantung yang kehilangan akal logika. Kau tidak sadar, sedari tadi aku berdoa dalam hati untuk sekedar mengetahui namamu. Nadiku bergetar, seakan aku ingin mengetahui apa kau masih sendiri. Terlalu fokus sama gadis berhijab ini, hingga aku lupa satu hal bahwa tujuanku kesini untuk orientasi.

Namun sial, tepat sebelum berkenalan kau sudah pulang. Kita hanya dipertemukan saat itu. Aku mencoba mencarimu di sudut – sudut kampus, tapi tak menemukannya. Yasudah, lalu kuputuskan untuk menulis tentangmu agar kau abadi di social media milikku.

Sebelum pulang ke rumah aku putuskan untuk singgah sejenak di kedai kopi tepat  di pinggiran ibu kota. dengan tempat amat nyaman, berhias barang -  barang vintage dan quote – quote indah yang menghiasi setiap dindingnya. aku memesan segelas kopi gayo aceh untuk menjadi temanku untuk menulis kata demi kata tentang wanita itu.

kopi gayo aceh yang ku pesan untuk menemaniku menulis saat itu

Tapi fokusku terpecah dengan sepasang kekasih tepat di depanku. aku melihat sepasang kekasih sedang duduk berdampingan. Lalu mereka selfie berdua dengan bibir si cewek mencium pipi si cowok. Mereka langsung menyebarkannya ke akun instagramnya dengan caption “terima kasih sayang atas waktunya malam ini, aku seneng bisa quality time berdua sama kamu” dengan diiiringi emoticon cium, peluk dan lambang hati. Tetapi malang saat bertemu mereka malah lebih fokus dengan memainkan handphonenya masing – masing tanpa ada perbincangan seperti seseorang yang sedang menjahit rindu. Jadi dimana letak quality timenya? Kalo bertemu hanya sibuk dengan social medianya bukan dengan orang di hadapannya.

Namun di tempat yang sama, tepat di pojok kedai itu. Aku melihat ada sepasang kekasih yang begitu heboh membicarakan apa saja. Mereka saling menatap, tertawa dan mendengarkan dengan sesekali sang perempuan memasang ekspresi manja yang langsung ditanggapi gagah oleh lelakinya. Uuhh sungguh manis sekali melihat dua insan ini sedang berbagi kasih. Akupun tak lupa untuk melacak akun instagramnya alesannya untuk membandingkan dengan pasangan yang pertama. Dan ternyata mereka tidak pernah sekalipun memamerkan hubungan mereka di social media, HEBATTT. Mereka benar – benar menikmati cinta berdua. Tanpa caption unch unch maacciw ayang, tanpa lilin anniversary yang tersusun rapi membentuk hati disetiap bulan, tanpa emoticon peluk,cium dan lambang hati di setiap chatnya, tanpa menuliskan nama sang kekasih di setiap bio atau status social medianya, dan juga tanpa balon emas berbentuk huruf yang tertempel di dinding kamarnya beserta taburan kelopak mawar di ranjangnya. Yang mereka jaga hanya kesetiaan dan kepercayaan, tak butuh pengakuan dari banyak orang.

Sungguh aku sangat iri dengan pasangan ini sebab pacar bukan untuk dipamerkan ia ada untuk kita jaga dalam kenyamanan. Aku percaya bahwa pasangan kayak gini, lebih langgeng dari pada pasangan yang selalu memamerkan kemesraannya di social media tapi kalo bertemu hanya diam tanpa berkata – kata.


FYI : tulisan ini sebenarnya sudah lama ditulis tepat di kedai kopi yang tak perlu kusebutkan namanya, tapi karna ada beberapa kesibukan baru bisa diedit kemaren dan di posting malem ini.

Komentar

  1. sedih kalau dibaca gan hehe :v

    BalasHapus
  2. Kalau dari segi bahasa bagus dan ceritanya juga unik

    BalasHapus
  3. wah cerita yang menarik min. bikin cerita selanjutnya dong dari cerita ini. tapi yang akhirnya bahagia ya

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer