KENCAN, HUJAN DAN BERBAGI PERASAAN PART 1
pukul dua belas lebih tiga puluh menit tepat setelah
melakukan shalat zuhur, aku menunggumu di depan kosan. Kau memberi pesan ke
ponselku untuk sabar menunggu, entah sedang berhias atau tidak kau akan tetap
cantik dimataku. Tiba – tiba lamunanku tersentak dengan suara perempuan yang
iramanya meneduhkan perasaan.
“sudah lama menunggu yah”
“engga kok” jawabku
kau datang dengan busana warna merah muda beserta
paras ayumu, sembari tersenyum lembut di depanku memasang tatap andalan yang
selalu membuatku kaku. Hati berdetak tak karuan, mata tak bisa di kedipkan
hingga khayalan menghalalkanmu sempat terpikirkan. dan jika aku boleh jujur
“demi apapun kau sangat cantik petang itu”
Tak lama aku mulai menjalankan sepeda motorku,
menyusuri jalan demi jalan. Kau hanya memegang jok belakang tanpa memegang
pinggang, jika selalu ku suruh pegangan tubuhku, kau selalu menjawab “bukan
muhrim hehehe” sembari mencubit lenganku. Kau memang sangat ahli membuat hati
ini jatuh cinta terus padamu. Entah berapa kali kau membuat aku jatuh cinta
walau hanya dengan hal sederhana seperti ini. tak berapa lama, kita berhenti
disuatu kadai. Katanya dirimu ingin meminum es karena cuaca terik panas begini,
padahal kau tak tau, melihat wajahmu saja sudah buatku teduh.
“kamu mau engga?” dia menawariku
“hhhmmm boleh deh” jawabku
“mau rasa apa?”
“original aja”
Sembari menunggu minumannya dibuat, aku mulai membuka
topik obrolan. Membicarakan tugas kuliah hingga meledeki anak sma di depan kita
yang sedang berbaur perasaan. Terkadang kita terdiam bersama, dengan mata kita
masing – masing fokus ke layar handphone. Gurat mukamu selalu mengombak imut,
pipi cabimu terasa gemes di saat-saat seperti ini, hatiku langsung membayangkan
bagaimana jika wajah ini yang akan selalu kulihat pertama kali setelah bangun
tidur hingga akhir usia. Tiba-tiba kau berteriak “aahh kok mendung sih” aku
tersentak, gerak modusku langsung rusak.
Tak lama setelah dirinya berkata, hujan turun dengan
begitu deras, mengagetkan kita yang sedari tadi mengikira cuaca akan panas.
Jejek langkah kita terhenti, aku bahagia setengah mati. Sebab aku bisa
berbicara sesukaku dengamu hanya berdua yang disaksikan hujan. Romantis bukan??
“yah hujan lagi, kotor deh celanaku nanti” dengan
bibir agak sedikit dimanyunkan lalu pipi dikembangkan
“gapapalah namanya juga alam, tapikan enak kita bisa
berduan lebih lama hehehe” jawabku
“iiihh genit”dia menepok tanganku sembari bibir
bawahnya dipanjangkan, manyun yang menggemaskan
Aku lemah jika sudah dihadapkan dengan wajah seperti
ini, dalam hati berdoa “ya allah berikanlah hamba kesempatan untuk
membahagiakan orang ini” semoga allah mengabulkan doaku di waktu mustajab
seperti ini.
“Hujan itu hal paling indah bagi kenangan, ia tumbuh begitu
cepat ke dalam perasaan.” Aku mulai mengeluarkan kata-kataku yang seadanya
“kadang aku suka gak ngerti deh sama yang kamu katakan,
mungkin karna terlalu tinggi bahasanya” ucapmu dengan wajah sedikit bingung
“makannya biar ngerti sini hidup bersamaku hahaha”
“aduh gak kuat deh, aku bukan anak sastra”
“gak harus anak sastra kok, orang aku maunya anak dari
kamu hehehe”
kau langsung menonjok perutku, mencubit lenganku lalu
hanya kubalas dengan mengusap rambutmu. pipimu memerah, suaramu mulai memanja.
Aku malu sama hujan yang menggombalimu di depannya, aku yakin hujanpun iri
dengan keromantisan kita. tapi semoga ia tak mendengarnya dan semoga semesta
mengamininnya.
aku bahagia, sangat bahagia. Semoga hujan bisa menahan
kita berdua lebih lama. Namun apa, harapanku sirna. tak lama setelahnya, hujan
sudah mulai reda. Kau segera mengambil minuman yang kau pesan tadi. “yuk jalan
lagi” ucapmu sembari menarik tanganku. yang sebenarnya tak rela jika harus
pergi, padahal suasana seperti ini yang aku inginkan dalam hati.
Keinginan terus bersamamu tak terbentang, hati kembali
bersedih sembari meneriakan dengan lantang “Aaahhh kenapa hujan berhenti,
padahal aku masih ingin berdua dengan mahluk ini”
Sudah sampai disini dulu
ceritaku tentangnya, takutnya kalau terlalu panjang kau nanti jatuh cinta lagi
sama dia. Sebab aku lelaki cemburu, aku tak suka dia dirayu.
“selamat malam, semoga mimpi
indah” kau jangan kepedean, ucapan ini bukan untukmu. Tapi untuk perempuan yang
telah menjadi tokoh utama di tulisanku ini.
Komentar
Posting Komentar